Tongkol Jagung Untuk Pakan Ayam

Tongkol Jagung Untuk Pakan Ayam

Dompu (EDITOR News ) – Ketersediaan pakan hijauan berupa rumput sebagai pakan utama dalam penggemukan kambing atau domba sangat bergantung kepada musim. Ketika musim hujan, rumput mudah diperoleh. Sebaliknya, pada saat musim kemarau, rumput lebih sulit dijumpai.

Namun kendala tersebut dapat teratasi berkat teknologi pengolahan pakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi, Bogor Jawa Barat. Teknologi itu, memakai tongkol jagung sebagai bahan baku utama.

Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Kabupaten Dompu, Ir. Zainal Arifin M.Si, Kamis (24/3/22). “Selama ini tongkol jagung merupakan limbah dari pengolahan jagung pipilan sebagai pakan ternak. Tongkol jagung mempunyai kadar protein rendah sebesar 2,94 persen, 5,2 persen lignin, 30 persen selulosa dengan tingkat kecernaan 40 Persen,” ungkapnya.

Kata Zainal, teknologi pengolahan pakan memakai tongkol jagung, itu dapat dilakukan dengan 2 cara yakni silase tongkol jagung dan amoniasi tongkol jagung.

Pada silase, tongkol jagung dengan sumber karbohidrat terlarut seperti jagung giling dan dikombinasi dengan pakan konsentrat sebanyak 350 gram per-ekor/per-hari. Misalnya, dapat menambah bobot harian domba sebesar 104 gram per-ekor/per-hari. Silase tongkol jagung, dibuat dengan cara menggiling tongkol jagung hingga halus, lantas mencampurnya dengan sumber karbohidrat terlarut.

Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase antara lain molases atau tetes tebu dan dedak. Tongkol jagung, mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi diatas 75 persen, sehingga kandungan isi sel termasuk karbohidrat terlarutnya rendah.

Pada pembuatan silase, perlu penambahan sumber karbohidrat yakni dedak dan jagung giling sebanyak 2 persen dari bahan kering. Campuran tersebut, diberi molases alias tetes tebu dan dibasahi dengan air hingga diperoleh kelembapan 30-40 persen.

“Masukkan campuran itu ke dalam kantong plastik besar dan tutup rapat untuk proses fermentasi selama 21 hari. Setelah itu pakan tongkol jagung siap dipakai,” paparnya.

Lanjut Zainal, amoniasi tongkol jagung, salah satu teknik kimia dalam membuat pakan adalah amoniasi, yakni menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi, secara biologi adalah fermentasi. Gabungan kedua perlakuan itu, disebut sebagai amofer amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar.

Sedangkan, fermentasi membuat enzim selulosa dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat itu. Imbasnya, adalah serat kasar turun sehingga meningkatkan kecernaan.

BENIHPERTIWI.CO.ID – Pemenuhan kebutuhan bahan pakan ternak akan semakin sulit seiring dengan keterbatasan lahan hijau sebagai bahan baku alami pakan ternak ruminansia, seperti sapi atau kambing. Apalagi Indonesia mempunyai dua musim yang memungkinkan pada musim hujan, pakan akan tersedia melimpah, sedangkan pada musim kemarau pakan sangat terbatas.

Pada saat musim kemarau, peternak ruminansia harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyediakan pakan. Peternak harus pintar mencari alternatif pakan yang murah namun mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.

Salah satu alternatif yang bisa dicoba adalah pemanfaatan limbah tongkol jagung, atau janggel. Pemanfaatan tanaman jagung sebagai pakan ternak ruminansia, umumnya menggunakan sisa batang dan daun dari tanaman yang sudah dipanen tongkolnya. Sedangkan produk samping dari jagung seperti tongkol jagung umunya hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar, padahal limbah tongkol jagung juga bisa digunakan sebagai bahan pakan.

Pemanfaatan tongkol jagung sebagai pakan ternak belum berkembang mungkin karena kandungan nutrisi dari tongkol jagung cukup rendah. Biasanya hanya digiling dan ditambahkan ke ransum dengan porsi sebanyak 10%.

Namun demikian tingkat nutrisi dari limbah tongkol jagung bisa ditingkatan dengan melakukan silase. Caranya adalah dengan mencampur tongkol jagung yang sudah digiling dengan sumber karbohidrat terlarut seperti dedak padi, molasses dan atau giling. Kemudian ditambahkan air hingga mencapai kadar air 60%. Kemudian ditutup rapat selama 21 hari. Dalam kondisi tersebut, bahan silase akan mengalami fermentasi dari karbohidrat menjadi asam laktat oleh baktteri Laktobacillus. Setelah itu silase bisa digunakan untuk pakan ternak ruminansia, dengan ciri berbau asam manis sebagai tanda fermentasi berhasil menjadi asam laktat.

Dompu, Topikbidom.com - Ketersediaan pakan hijauan berupa rumput sebagai pakan utama dalam penggemukan kambing atau domba sangat bergantung kepada musim. Ketika musim hujan, rumput mudah diperoleh. Sebaliknya, pada saat musim kemarau, rumput lebih sulit dijumpai.

Namun kendala tersebut dapat teratasi berkat teknologi pengolahan pakan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi, Bogor Jawa Barat. Teknologi itu, memakai tongkol jagung sebagai bahan baku utama.

Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Kabupaten Dompu, Ir. Zainal Arifin M.Si. "Selama ini tongkol jagung merupakan limbah dari pengolahan jagung pipilan sebagai pakan ternak. Tongkol jagung mempunyai kadar protein rendah sebesar 2,94 persen, 5,2 persen lignin, 30 persen selulosa dengan tingkat kecernaan 40 Persen," ungkapnya.

Kata Zainal, teknologi pengolahan pakan memakai tongkol jagung, itu dapat dilakukan dengan 2 cara yakni silase tongkol jagung dan amoniasi tongkol jagung.

Pada silase, tongkol jagung dengan sumber karbohidrat terlarut seperti jagung giling dan dikombinasi dengan pakan konsentrat sebanyak 350 gram per-ekor/per-hari. Misalnya, dapat menambah bobot harian domba sebesar 104 gram per-ekor/per-hari. Silase tongkol jagung, dibuat dengan cara menggiling tongkol jagung hingga halus, lantas mencampurnya dengan sumber karbohidrat terlarut.

Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase antara lain molases atau tetes tebu dan dedak. Tongkol jagung, mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi diatas 75 persen, sehingga kandungan isi sel termasuk karbohidrat terlarutnya rendah.

Pada pembuatan silase, perlu penambahan sumber karbohidrat yakni dedak dan jagung giling sebanyak 2 persen dari bahan kering. Campuran tersebut, diberi molases alias tetes tebu dan dibasahi dengan air hingga diperoleh kelembapan 30-40 persen.

"Masukkan campuran itu ke dalam kantong plastik besar dan tutup rapat untuk proses fermentasi selama 21 hari. Setelah itu pakan tongkol jagung siap dipakai," paparnya.

Lanjut Zainal, amoniasi tongkol jagung, salah satu teknik kimia dalam membuat pakan adalah amoniasi, yakni menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi, secara biologi adalah fermentasi. Gabungan kedua perlakuan itu, disebut sebagai amofer amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar.

Sedangkan, fermentasi membuat enzim selulosa dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat itu. Imbasnya, adalah serat kasar turun sehingga meningkatkan kecernaan.

"Amoniasi tongkol jagung, dilakukan dengan menggiling tongkol jagung hingga halus dan mencampurnya dengan pupuk Urea sebanyak 3 persen yang telah dilarutkan dalam air. Bahan campuran itu, ditaruh dalam kantong plastik selama 21 hari untuk fermentasi. Setelah itu pakan siap dipakai," jelasnya.

Zainal menyebut, berdasarkan riset Dewi Hastuti dan kawan dari Fakultas Pertanian UNWAHAS terungkap bahwa perlakuan perbedaan lama waktu pemeraman pada fermentasi selama 1, 2, 3 dan 4 Minggu memberi pengaruh signifikan terhadap kadar protein kasar dan serat kasar.

"Lama pemeraman alias fermentasi selama 2 minggu memberikan hasil terbaik kadar protein tertinggi 34,20 persen dan serat kasar rendah 24 persen," tandasnya. RUL

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 9 0 R 14 0 R] /MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ¥;ÛrÛ8²ï©Ê?ð‘:eÃH‚djwê8×ñ8vrbgöTMö�¶h‹‘Dj%2™ùÒý�Óݸ�HÙ[g¦F&ÁF£»Ñw`Îη]ýPÞwÁßþvvÞuåý¢šœÝ¶›žÝþµ©Î>—�uSvuÛœÝôwýZ•ójûË/Áë·o‚×·/_œ½çAÁ Ü>¼|ÁƒþåAž²4O‚,�éËúå‹(xÄŸ/_üþ6;Mï_®Ïg§qøq–„Áì”'á‡Yžœ�æ4öÆDx3ûgpûÛËï`%\Í,ÀeÁ2ÿáéh³Hú°´-€KÁšYøu©³÷â�1ÁÆcY02‘s%{3%“©?ówD»š�&!ÄŒó0¸žÁø‰zú�ƒÕzÆÓð®Ú"x "Ÿü@3ácÓ'¸�3ÉøÞ²2ŸÎ3óç‰5."–>l6 +ðf'Au1ã2¼¹Añ#·¯��@y:�'‘ ‹ÄóèKdÆöùN¢ÿ�‚.ãÓÛú¯—/þÇŸ`4<áL$ZÃq|ûhž¾�®/:dŠ~6¸e»W pgøJ?-Ž}ǧ›á”A†5A—Í#Œ,I6¬œ�Šðaj€˜Ód‚k`^ýÉ6D@q¬\�HICúbrßáõì@kã­�yÊDá³9²+¢�}#š¸`©„@K�X’Ûê勇ÿ2ÒÞ]½ Î&|Ðë¶ëÚõ´z߶�ç†Áiœ£µƒ±%½°~”ˆ,¸½?¢ýiR0!œ©0Šž¥ñ¤ÖŸÁÙgäðêÍÅÛ Úóž\x"çQFþ*JXœk¬ŸqC¿|š�á{|¼øˆ®óÐñ$ÈÒ”Å..” _דÎ5gRø³hÆ´‹è�]Š{qûµöÓ™<‹¨`qìc˜òh‚–¤#ò9G?r9ËÃókS zût…ãñɹ¸%ÙÝi×.Áœ>}$ÏóÛù‡�0ò€?¢GBrØÞ!ô5~ø`xKQã}2ŽM‘ËSÝ¥¦ö øz¿F´„ûK Æ°Ç·vèâ:xý û‚âðí9²¥X}‹Ëž—çWøåµÿ f CoÎÒ \?·@ô¡ÊX݇ ÏêRé‚è0÷tø@튄`Düuq vÍ”¤"ˆþ¤ãZÇÁ«µbaÝ¡L¶mðyÛ>Ô«*øòxÞ´Û†¶ù J«½Óq›×� ðp³ªº Eü?àþ7¯”õc€€jJƒø»²Æ? úk ñ¶~ ?T úÛj†ßÉ Š› R�¶'BïgêÛ.¸P_§Ì2ΙrUŠß«Ø»,ï!VÚ²ÛM` N-ö¦Ý^qÜE‰,g‚R sQè®+Ä�¿Jâ¹Îw5ŠjIoS§’¥…‡æ(U±G•8ðuI_F)Ë�2Mص~ÛïJ ¯ãÑû Á¢aSÂãšõ­]Ñ®vÕ²©—ø¶+¼.›àšô÷›>Ôy$!yDY¢ÏÀ×ïUƒBQŽŸ6ýªìÑ xj›“"qxl•J2¹ähiÁÁ=Y¬HóP1»mwÁrF2ØíJŠâ@‰'41,J}ôSV*r ¦ïú+dáÉ°bƒ²RRDén&'a2{Þúq þ7öaÉú`3~jGe…=TV‰«²S{TD2“;¹5„ õÑ­JG¶JðÃY &Å ’wë|B½Br^�`¼�äÐ"•cH!‘M éxvÚ ³?PèÍD¤¶ &gH Q/UŠùß²Ié æ´AÌ(û=üÇêù1î³BȶâÔ't<¿ôg,É|™�ç¢VR¥v‚åbQZÀ?6= 4?îþtÊ—BàáÍOì}1¶M9ì=ØFYxþúENYÀä—Sz�€ä oîñˆ=á=!ít±dwÍ·™ÔD{ÆÚÚ*Víyu)9Èþ{_ª˜W„úKßtýŸ®«=©9àrÑ×nƒs*ÏüKô°[p–2\(„Xß‘ãtÔ¡gÜQ�¤Q$Nƒ|¯�‚¦ÞI"¼Cˆ…‹dc´yi�Ñ” ‚F^»~}gR‡-¢ŒÁçCð¯�bZ#厡Yf Ô²€<ß)óÛ©,Ÿ¾*ñ¯ïJ’Gœ…]†˜‡ËvEí(#KÀ&@ê.RèˆË¹án£¿—´ñ¬@ë«õRcUéÌyhºrG{–D°7jè92‚Ü’‘™—ºé£iXßé\Ê•H1DÒ{Ì¡Ì`KKÚÒ®lØgmGµŠæ¦6², ¥[™ÏË~é@â( Ã�;ô-3©ÄÊÁ³C…_oÊZ½Úè±éªõ‘à^ø¹³ê"CñÄÒ©Õ÷¨x“"ÅæŠBöq¦íâ®E<Ûr†Š²­û5*&qR„Xi4ówZ` ƒkçCTD"µW�žé ·z㣇—õÚŠ_]¡¤Z÷-ªfåZ ëË\=Ö¯:ƒŒ7‹¿t�Å=C“œ³ÔˆëkSÿ ñïjÐm-‡_1W¤½mú9¤ÿÌ: ‹*ZZ#ž¯“®+Ñf~šîé,J´F»íßÙè�ž¡®”±ËÌ[öÀÜz ®x«y¹É¬J£o™4 (»ÁŸ’ Ì†ñ ªS¤�}›i´¤Äÿ†uM–Ú©y­”-�õHnAÉÏoW”–ö.kvŠ03ÐHmpq7á"ïU·sl+#âo³Mã¼^[áX“l¤]\¿ü�txºÃ(¤/ŽaŸvžÉ-Ûõ†œŽ*NŸ’0ö! Jˆœ�T½Ì{W•4«à~@oAöP�5 Ä€ E>hâ]¨ @¨¢ö™0”C)¬ä„kkvÕ†ŒÆP/K,�b¬)Ôb|±lXËH@>)€$ä„ ¤&Æî< �ÇF1¤Ú�%4¨(“£b�†4i÷FFÇÅ ±¤¬*FÊiÔÔ_¥� Eó©Ì —¨š¾ùÞ/�ùˆ�ƒ“W‰ËO\1PÞ¦C ×æ×@å^Z—‰Hìt¥%Ì€•]©jnÒÒ¶B‚qœõ–ŠêÀ¤šæ'ÁÅà¾�©ZM‡³”T~�^ölN:wBŸƒÀñb2õ�ƧÄz ×sr–��‹ÈꜻBÁÄ=&´Â£ÚF�ú`ù½]Qt%¹­*²l;ÜðbL»w~�ª;Bnq‘^Ê$æ9¼�uvøÄ£\=¬¯Ð]æƒSÙƒã|.6pÊ«ÂB’ª*èA^ûX3ƒ•)¬ƒuqd“ e]C²ßvõœ ×¥zÝúEÁú9YUœ'žöLõ4ÁtݱB5bë˜ýè…ÕFÒ–/ ‚Ý`ú3T?*'Ÿ0³8Aå÷hë[ã”ñÏKÏ ~þL7:‰Òo3j+zH DÁ•on*üh3oÒK¨ÐÉn¡4 &–Ê —_ÆYdÚ²#5„Ȇ‚Ñ»Ê]T 47)!¥aÛ%R�‚�!-mÖÛÒðæh¡*ÜLÖ‚c55${Ì–Idj&ù£OõŽôj½éÉŒ—.FOŽË&ÍðPMD*Ì�v9¡A{1T•(SU¥Éh¨²„BMiÓŠÚ² 0ÌU.¹VoVK-ðFZÚQ™ÚBî$/ñHîr»õvæØê•[–RUj´¢OI'¡–�"¾ÕQ#Z¦Z‚�¡ÖaG×uµ�Ó— x2¼E ËbŸ2*—±Pvêe�ÖË©— ªðË`¤@“×�½ù”íÕÇO‰OLZ"Mkn¯xþ^6�ͦ'ïpÐÓbãñirº æÍ –K´ðP—°~O•T¼"º4ýqó"Ø�0£*sì0=8nLÏ/b–e.IÁiÄ¢X? yLjàL;~B%òŒåÜgý2«O¨Æ.Žˆ½ó÷UÎÃpÜ¢��频ýf�\;’§Eñ>º©ú&Š€ÿaªÏµ¶ljzãÍoúqíyêÔ Âè¡È@¨éT»ôÍíä9 •Þìãäí÷2‘îµ=�t®Tˆ©)Ö‡%*£úYQM¹zM×:…ŨÑq9áÅ#'£æÛ­ºå¦Ud²vå äDø8Ú^/o”‡ {¹5žDûÔ”MkÝât„ö¯Þ�2{[Q±I¶EèôŒDýùS{íaD™�ºñ°Sö“äv§4P·E±: `{¨C3LÅ ˜V:߬j×?—Œ$(�ù„øy‘b�Òôjm;*ÁU.�Ÿh±ZŽ>ë–@jši4âõaXx®Ü@�“¬Ü�ºÞ øÔµ=

r²§q)…Ý4磽bŠ�ÉnWè$ú"Ï¥DŸ:ú¤”“7o ÆgEás¯ìÑ%··†¡ûœ8hÝ<Ûï;òT†NÔüãR—Þ‰Ó§¦C³^n·hšúV[E·(»ÁòTÀH•Ô~ؾËÐè©tï‰\¦N‘àyó«ºÞX…Çç¿ó$Ëñ‰$F€¤àk�Br2�=²¯Æ°e�¢ðÙS�ï™ctÍ!B<)ô4ÆËÎ9¤9 õV=6Õrëµò1ui»ü(- Ñ‘–«= ˜j»Z€aþÄÿÏÖ«t¡;¯GÈ2.÷¸Ð’/ãêf)�Ö9GßôFèà,Ãí òÄ•‰awÔkÜÒ¯ õµÊu¬¨OµD]™®H%÷©œÌts‰Õ««ú¼¦}ëœ�Zý4MÞ‚ÎDœÙ{Ev€¥>ï>Âd�z¼^”=#ƒåB‘Ì:!®ã¤ã€¸ÞÈuATš‹ ÷:ÁDon+’>¹ çÞ^˜ûX¥Çù#¢“WsCô¸q>ÑaJÁ9m3$\MÛ©‡]ýˆ ·ú¡¾Ÿéve·ò’>QØ.Z¸š~rm‰(êžóðµ¯ÓxŸÄ©zðrÈPàï•>x‰¥aJüÿfæ,ÞtÃîw.8¤A*w§˜î­¼û]�ÉŒ 'K×U,9ý®šÙË/jCc<´…*XWꎲQ¼¨âß´±¥®´•.^[!OùœCîom›»eÊ(×½½6â–ÆT£N5Д´‡KÕ²±WÌÆàTŒ<Ï-Ö‘p‹ýx� óÖ0‰¨”rűÊCtÛ ±]ü ;"3[in´¿�­“Z$þ?¸ÿ“'w·ø÷U pÒ}ÇÕûŽTÅ~Q<åëRÁÒØ_ùx³gì­¦_¦à0 –Ëj0Ο-]jؽzFËï*z¸®ÐâÕn|‚Ô…‰÷¸'{r7¼y= y^ç2)ϼiOt.!Yà±O®Û¹<ÁÛó1)3ÒÞRݽÓÁá3ìÆÌIXZüÿ ´Y� endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <>/F 4/A<>>> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj <> endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <>/F 4/A<>/StructParent 1>> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 19 0 R] /MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 18 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 2>> endobj 18 0 obj <> stream xœ•koÜ6ò»ÿ}9@:¬i‘¢^EQÀi’&Íãr�}w@ÓÚ¬ìU´Òêv¥àúïofHJ¢Ö\»°‘ÈápÞ/ùúæÐW÷Å×ÞûñÇ뛾/¾nË�÷ûõí¾ûãúöÏ®¼þTÞW‘ÿ>�¾\qéÿ¤þÍûà*£µ;Xþçàïö×Ë‹WpÞf.àIÎÒ9þßý+h±0±aé*º ¯‚;SÿnyÕõkqʘà’ñÈFæ=r�sÊÅÉ„%±}ò_(ˆý.¸’>óDÀ¹ï}`…y|¥ž¾ãbÙ<ö×åÁ=ŠhåmqƒNÂf ÇÜGiÂøâÚ$sg)‹øóÄå!Ks6uÂ&'xÓ•W¾ xâþŒâGn@v<‘g±�L$Åóè“IÊ–|Ëð?.è\0îVë//þi0.9R[8®ÌÓodëÛ™¢ŸUvüî_ég�kßðéÈ‚ÜïÀ¿"è¢}€•š cEp%ü¯SĆ\‹ ›ò¬Û"ÚxÀµb"%Žˆiþ¯×'V=bµ�™Èm6'Gž‹hb߈&ÊYœxB §†LfÞ¡¼¼¸ÿ»‘¦÷êÃÏÞµ#½Ø÷ý¾q‡¡×û}o…!CpeèíàlrF/ÜJ‘z·_Á r‡ Ä2gBÌŽÂ*x–!DN«!>½ëOÈᇟ߾ôÂEôäÂiH�"”L[ü„ }…&ðñ%ØÏÍ›»÷w(o>º<=%²‘ÌI;!Š[D‰%Q<Ì—^’E,3øÞ“•dÝúé ‘\&þ¤´„÷]Q`®mp•£Q†éeî¿C�Gøf]ahô:…uÜ[j þÅþÐá2îפöŽEÁeˆv;[éx‰ÁÁʶ:âcè÷„¥% ò04U(œí±*p5ók$I©vH!Îý?DaEœ+èj›H’ JI«/wx’—åþ¦ªË¹ÝÁ{aDúæNºâP@’Rлa”°4H0q†Ü‡8 BÜì[D ,0´ s[» 7ñ Ï°ZÓ £ôƒ¥ÚxT°ÛxIC'wô[WŠ‡\ˆ/¡ßö›TP÷ó½êñ?âà)©IÁ¤±±¥Ä5-yN4õÐ)ÊzÍ TLDæ¤h^WÀe61‰r¤�1é’*•…ªVðÆ…>Ã_{�Š#¿¨Gµµ ìX‚HÖÆ‚ðGíÒ‘š2ÎÒÌK;ÓeWZLl öcEÁþ)iÎ2c£¢ŠDØéôŒÒäâ1¯ÕBÃÍ3†ƒÛÄø(òƒ1G½;4C£½_›²Q^WÕ 3RG*D>é‡<£›�¯ñ:ÜÔÅtó°+ÚIžlˆ0iOï3$»¢j EÓ ˆé)á…“�ÞD‰±›¢"ùDÖ£¥ O„‡Ê Åàz:…Éé}0f„°»™êa’6Á¬åØ[ Àæ•¢ßÁ‘z]ÉÖHq¤¬›‘gÌŒ�a,PyõÊɉà !ÆÂ"߬¬ õ)3ZWEímŒ¶Ä¤R ⾪½/¾eÚCF_[RŽë_wÙ,B§6mgó§x¤ÑI3Žs–L™èÅØXƒ) aÄ©ŠG§JBEc1¦Û«`ã ]`á•Ú×ÂEQv’' ×RÙé–è9 øÛ�¹~»¢ëÈj ]Åà’m¥Ü©¨Žåº «Z�ô¶´q¬ŽÔO9ƒÎ’5å®Ú‚^)ÆFæž2(îòÜ‘ÀÉu‰‹«RýÉú¨NÞ“Eì0˜I“qL`ïFz•mÛ*¿5Èo�KŠü4m2ÖÖjðȶ3flÀèJª8À_‡J-�8Êu«6ìÅgÉ�gLD.¹A-²o�ÈàÐ(Yy¨ŽÖP~¹ ­¡™Ø¶Šh�¨^ý°¥ê«eN‡ÊYÙ”8�/'°ï\°Ð™ÈÔ†�H¢ â-æ m¯ ªÚ£âÀ"r¥}U‡M,ž—­Ì¡Ï46¹Õq¶Õ7×\"‚ÎÜ>Žç†™R¨â܃©®¡aþ‚E` D‚ ×V!øÒ8Ž¡/Òø—@¡ØÌ/Á €*o•Ïô ×¼Z�Ãc†1WÙ•øDò¢"!Žz¦½S¤CþÆ”œ›ý¼ Ó­BIª›w Q8E$xÞŒž|ˆÝ°@vPC|Szov¦XÛÒ “Ö”+ªx:å ™ ôã@�Zˆßfw"j]ŽAQBÚÚÌ”©†Ûx]ÑúÕæXEc¦˜‘ô¬öCÆ``£eR¼UO§‡É’Ü¿w¨õó¬ÂïHû]I%n’ÚÄ\e©X6Sˆ@9š’j¥²,›Gœ±ÎÐ}§ªö¦ØéÒû�ìI·‹b&�5@Tê\^ÆÞ§[úªYcÌ#Q¨BjRL]šj–Ê@h3Ô:iz,‘T¥ŒUÉXåcY9¯¤R2×¥ÈÓ ¥�Ӓ䱩´íÕE‹%‹Ê½;HåNƒ$" EÔµ+ÜÆR²x!¥³õKä®_$—8éSH^Ê}S$R§}¨Í«Î‡[«¡´5ºÉ”\•ècŽjFBdç6o*ð‘+OÑ»Ng Îk­ÓΛ²œÉ܆ýâ‹Ð•yB�mlƒ‡Î (O±&³q+]ìu·UïÑ0N |áV2t–³ºø½wVŸl†V×FÏw¿=©mõ„—E9�‘–…CÝR €p.å*ÿ›BÑ=Ÿ…ÉC�™D/7åTÊ¢,Ö0SÓP³…Sb5ú`j_ex1e41¦4 £¬‹°·ÐÊ:kÐ ÄG‹Gç4ÚdÛ°¯õ4Ý8hrD´Š�>¦)úŒ ªôuÑGp‡}EojdÊ”çU•F,Jõ¹zÔü¬ €@Òã4¨RRR­|Ñ+ÛÐ5?åD¦à?žv¦ H‰ÓP ŽcLœùà˜Ë­ô‹€›jL·õPÏtâˆàgg' ^‚#œ¿—<]–E±` ×âxÔ�¸ÌÏV8<æv™A'@‚`È:úêµÇú7Ú°Ò½–¢L1Ž¹pËSW;£ê¤¡À�{hfèVèÛ&¹+ë4ŒŠ³z¦Æ($¸ù ›)=%G0Êܘ•QXŽ k+�6•º q™áÇ|†‘£ Œmý¶63‰,_ˆ8ç0fZÖél­ÆŠTkmæÓ/’qµR÷¬—ÿBAÿ�s£É¼8TCëé[éÉÞn¶o‚Ìy‘qŽËÔ]÷û²=ŒN i¼1i¼ýVl*ÏÈ uâÕû¦Sj#™9G"¡…uÛÙ/Ý)^ä„k6¢(Dzhi¡"œû"¹/&,ŠïÃÔK‡õ¿)õh¨ÓæÁê=®XLë�ÍDÅüÀz¬ÀÖ�5&ôAÍäAšûp~ª½·s4'ԜժH �5r†Šnm¾qè®l]¿øè·MW <£Î~¥Âh_v$(¡#&–}Ž-ŠMÃN‡ÜÍ,±qÁ4uv¬ÊUU¬sªJèi5÷xøÐ`YIÛ}Aîð©p dθ1¨õ‘ãVÙ/ç�ò´ãál–5ŽÝf Y9‹í‹ŽoSFèç AÄ9‹ógÝ"~âsúàbÂ÷h¸¹}…üýöÖ{ Qêæ#2�ëô•îþñ’ž½ÙÇ»WïñÌÛ[úu~¼“"bñâʳ,$�x¶QXÈY¬qü»¨©è°e�ìÒ’«ÝCnp:ØQ”ê]fÀ¡F‰…õ,eé³>+ò,dyv~þRŸÀêx,Tóʃj—v6®p˜�H1œZhœº«d;s�1¤Ú5~‡ çÔ¿QeȱŽ:ÊIó©E¥ßÇR±ëËfmBŒ”PT†\ºl&�Yô<²e±ÔU·PüBœÚ�£Ï,d<Ù¬sHU‘\~6^ïǹߪ±I†Ð¥Õ )\;мA†ê?L”Ëý×�|Ãnþ…CÙhHVͶ�ݵÕwbþXõª3ÿ fe.ÃfSµª·ñ?à Ý|<Ò(…¾2ÎÌõ/·¶F:8¯ŽÉ"R!»¢Ñ¯Bÿ¯?õtÔSÎzé:\BÉ“QÝü³°2[!uI×æ�²,Ç3E*%R|&M !¨Q,Õí¼QäXò<£åæÌÅo†/Æ�¨~8+Ðof°¿«šÑZ=Íîdîíämê¯ ð6=ô{\ŸLyëô¼Ç{DÓ4iò;þ¸ß¹þˆ+Á`±v6;eçS¿ùC¦”Iñ>;o䘜°t÷ÿA^Zf endstream endobj 19 0 obj <>/F 4/A<>>> endobj 20 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 22 0 R] /MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 21 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 3>> endobj 21 0 obj <> stream xœµ[Y�Ü6~`þÕÁG

Jumat, 25 Februari 2011

GORONTALO, KOMPAS – Perusahaan dari Korea Selatan, LIG Ensulting, dalam waktu dekat, akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga biomas di Provinsi Gorontalo senilai 30 juta dollar AS. Dengan menggunakan bahan baku tongkol jagung dan sekam, diproyeksikan dapat dihasilkan tenaga listrik 12 megawatt. Hanya saja, belum ada kesepakatan mengenai harga jual listrik kepada Perusahaan Listrik Negara.

Menurut Direktur LIG Ensulting Jeong Chae, potensi pembangkit listrik tenaga biomas di Gorontalo sangat besar. Apalagi, di Gorontalo banyak terdapat bahan baku berupa tongkol jagung dan sekam padi. Pihaknya optimistis rencana investasi berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga biomas (PLTB) di Gorontalo akan terwujud.

”Dari perhitungan kami, nilai jual listrik kepada PLN yang terendah nantinya adalah Rp 1.200 per kWh. Kami perlu bantuan Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk melobi PLN Gorontalo agar ada kesepakatan harga jual listrik dari kami dengan nilai tersebut,” ucap Jeong, Kamis (24/2), saat memaparkan rencana investasi perusahaan itu di Kantor Gubernur Gorontalo.

Jeong menambahkan, diperlukan lahan seluas tujuh hektar untuk lokasi pendirian PLTB di Gorontalo. Selain itu, dibutuhkan juga bahan baku biomas sekitar 300 ton per hari dari tongkol jagung dan sekam padi.

Ia menyebut bahwa perusahaannya memerlukan waktu sekitar dua tahun empat bulan untuk pembangunan PLTB di Gorontalo.

Kepala Badan Investasi Daerah Provinsi Gorontalo Rusthamrin Akuba mengatakan bahwa Gorontalo mampu menghasilkan tongkol jagung sebanyak 104.000 ton per tahun. Sekam yang bisa dihasilkan mencapai 67.000 ton per tahun. Artinya, menurut dia, kebutuhan untuk PLTB tersebut dapat tercukupi di Gorontalo.

”Bahkan, jika batang pohon jagung berikut daunnya disertakan, Gorontalo mampu menyediakan bahan baku biomas dalam jumlah lebih banyak lagi. Kami optimistis rencana ini bisa diwujudkan untuk mengatasi krisis listrik di Gorontalo,” ucap Rusthamrin.

Dari Pangkal Pinang dikabarkan bahwa Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjajaki teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir dari Jepang dan Korea Selatan. Bangka Belitung berencana membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir dalam 12 tahun ke depan.

Sementara itu, PLN di wilayah Flores bagian timur mendapat target dari PLN pusat untuk merealisasikan rasio elektrifikasi sebesar 60 persen pada tahun 2011.

Hal itu akan diupayakan dengan menjangkau sebanyak 11.000 pelanggan baru melalui pengadaan pembangkit listrik tenaga surya. (APO/RAZ/SEM)

http://cetak.kompas.com/read/2011/02/25/03540359/tongkol.jagung.untuk.pembangkit

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 7 0 R 17 0 R 18 0 R 35 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.32 842.04] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœÅ][s㸱~Ÿªù|9URjÌ!.ÉTjëÌÎÌnv²·³öI’ó@Ë´­µ,;’