Salamander Terbesar

Salamander Terbesar

Mereka bernafas dengan menggunakan kulit

Salah satu penyebab yang membuat trio Salamander raksasa ini sangat berkurang populasinya adalah karena habitatnya yang sudah terkontaminasi. Hampir semua jenis amfibi, termasuk ketiga Giant Salamander, bernapas dengan menggunakan kulit mereka.

Oleh karena itulah mereka butuh air yang sangat bersih dan mengandung banyak oksigen untuk tetap dapat hidup. Selain itu, mereka juga membutuhkan batu besar untuk dijadikan rumah dan menjaga telurnya.

Ketiganya memiliki warna tubuh yang berbeda

Jika biasanya Salamander memiliki 4 kaki yang menopangnya untuk berjalan, lain halnya dengan Giant Salamander yang memiliki kaki yang pendek dan gemuk. Tubuh dan kepala mereka gepeng dengan mata yang kecil dan kulit yang licin. Meski sangat mirip, namun ternyata ketiga jenis ini memiliki perbedaan dalam warna tubuh.

Hellbender memiliki tubuh berwarna cokelat kemerahan, Chinese Giant Salamander berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan Salamander Jepang memiliki warna yang lebih gelap dibanding lainnya yaitu hitam.

Apa yang dimaksud dengan salamander raksasa China?

Salamander raksasa sebelumnya pernah ditemukan di sejumlah tempat di China bagian tengah, timur dan selatan.

Penangkapan berlebihan meningkat dalam beberapa dekade terakhir, untuk memasok pasar makanan hewan yang dianggap eksotis di China.

Industri peternakan skala besar yang telah dikembangkan, dipandang dapat mengancam populasi di alam karena perburuan dan penyebaran penyakit menular.

Para peneliti menggunakan spesimen museum untuk mengkaji sejarah genetika salamander raksasa China, kelompok yang sangat kuno sehingga binatang ini dipandang sebagai "fosil hidup".

Pemikiran bahwa salamander raksasa China Selatan sebagai spesies tersendiri pertama kali diusulkan pada tahun 1920-an, tetapi kemudian tidak ditindaklanjuti karena binatang tidak biasa ini dipelihara di Kebun Binatangan London.

Tim kemudian menggunakan binatang sama, yang sekarang diawetkan sebagai sebuah spesimen di Natural History Museum, untuk mengetahui sifat-sifat khas spesies baru.

Penelitian ini diterbitkan di jurnal Ecology and Evolution .

Salamander raksasa China. (Foto: Yang Chuan Dong via EDG of Existence)

SALAMANDER raksasa yang hidup di China merupakan hewan amfibi terbesar di dunia yang masih hidup. Panjang tubuhnya sampai 2 meter. Salamander termasuk hewan purba yang pernah hidup bersama dinosaurus pada zaman Jura.

Keberadaan salamander kini terancam punah karena banyak diburu untuk dimakan, sehingga wajib diberi perlindungan dan konservasi.

Salamander ada beberapa jenis, tapi yang paling besar adalah salamander raksasa dari China.

Salamander memiliki tubuh yang ramping, ekor yang panjang, dan kulitnya yang lembab serta halus. Mereka tersebar di berbagai wilayah termasuk Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Amerika Tengah, dengan spesies yang berbeda dan berbagai habitat, seperti hutan, kolam, sungai, dan gua.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut 7 fakta Salamander raksasa.

1. Amfibi kelompok Urodela

Salamander merupakan anggota dari ordo Caudata yang memiliki 3 jenis spesies yaitu Chinese Salamander, Japanese Salamander, dan Hellbender dari Amerika.

Amfibi urodela ini juga memiliki bobot tubuh cukup besar seberat 60 kg yang masih hidup hingga saat ini. Faktanya, terdapat sekitar 600 spesies salamander yang berbeda, yang tersebar di seluruh dunia seperti salamander merah, salamander berpunggung belang, dan axolotl dengan kemampuan bertahan hidup dalam bentuk larva.

2. Proses reproduksi

Salamander memiliki berbagai cara untuk berkembang biak, termasuk dengan bertelur dan melahirkan. Hewan raksasa ini akan menaruh telur-telur di dalam air, lalu melahirkan anak-anak salamander yang telah berkembang dalam tubuh induknya.

3. Bernafas melalui kulit

Spesies amfibi ini menggunakan kulitnya untuk pertukaran gas dan menghirup oksigen, karena mereka memiliki jenis kulit yang lembab, sehingga Salamander dapat bernapas selain menggunakan paru-paru mereka.

Faktanya, mereka juga tidak memiliki insang walaupun hidup di perairan, meskipun ada juga spesies salamander lainnya yang hidup di darat.

4. Kemampuan regenerasi

Memiliki panjang tubuh sekitar 1,8 meter, hewan berekor ini mampu bertahan hidup dan memperbaiki anggota tubuh yang hilang, termasuk kaki, ekor, bahkan sebagian organ dalam. Karena itu, kemampuan salamander ini dijadikan juga sebagai subjek penelitian intensif.

Salamander dapat ditemukan di hutan, rawa, dan sungai-sungai dengan air yang bersih. Selain itu, terdapat juga beberapa spesies salamander yang hidup di darat, maupun hidup di dalam air.

Namun, spesies ini terancam punah karena hilangnya ekosistem asli mereka akibat ulah manusia yaitu perburuan liar, terjadinya polusi air, dan penyebaran penyakit seperti chytridiomycosis.

6. Peka terhadap lingkungan

Salamander merupakan karnivora, di mana mengkonsumsi serangga, cacing, invertebrata kecil, dan lainnya sebagai sumber makanannya.

Mereka berperan penting dalam ekosistem baik sebagai pemangsa maupun mangsa, bahkan sebagai tolak ukur kesehatan lingkungan karena mereka peka terhadap perubahan lingkungan. Sehingga, membuatnya berguna untuk mempelajari dampak polusi dan degradasi habitat.

7. Hewan mimikri dan mengalami metamorfosis

Selain memiliki suara seperti bayi menangis, Salamander juga mengalami fase metamorfosis atau proses perkembangan biologis yang melibatkan perubahan bentuk dan struktur tubuh organisme selama siklus hidupnya.

Diketahui, mereka akan berubah bentuk mirip dengan katak dan kodok. Selain itu, mereka juga hewan mimikri, di mana mereka dapat menirukan ular berbisa untuk menghalangi predator.

Beberapa waktu lalu, sosial media dihebohkan dengan munculnya seekor hewan berkaki pendek dengan kulit licin yang muncul di depan sebuah rumah di Jepang. Banyak warganet yang penasaran spesies apakah itu karena tubuhnya yang besar dan terlihat cukup asing bagi manusia.

Bahkan, beberapa orang juga ada yang mengira makhluk tersebut adalah salah satu jenis ikan lele. Namun sebenarnya, binatang tersebut adalah Japanese Giant Salamander yang merupakan salah satu jenis amfibi atau hewan yang dapat hidup di darat maupun air.

Salamander Jepang bisa dibilang memiliki hubungan saudara dengan 2 Giant Salamander lainnya yaitu Chinese Salamander dan Hellbender yang berasal dari Amerika. Mereka memiliki kemiripan dalam bentuk tubuh, habitat dan juga cara mencari mangsa.

Ketiga Salamander ini juga dikenal sebagai amfibi terbesar di dunia. Ingin tahu fakta mengenai trio Giant Salamander ini? Scroll down, yuk!

Reproduksi dan populasinya saat ini

Sebenarnya, salamander raksasa china merupakan hewan teritorial, baik jantan maupun betinanya. Akan tetapi, ketika musim kawin tiba, yakni sekitar Juli hingga September, perilaku agresif mereka ketika menjaga teritorialnya akan berkurang ketika lawan jenis menghampiri. Saat pasangan bertemu, mereka akan saling menggosok perut, mengejar, bergerak berdempetan, sampai hidup bersama untuk beberapa waktu.

Animalia melansir bahwa setelah proses perkawinan selesai, betina akan mengeluarkan telur sekitar 400—500 butir dengan ukuran rata-rata sekitar 7—8 mm. Telur-telur ini akan memasuki masa inkubasi selama 50—60 hari. Menariknya, salamander jantan jadi pihak yang menjaga telur-telur tersebut hingga menetas. Telur salamander raksasa china terbilang unik. Pasalnya, ukuran telurnya dapat membesar setelah menyerap air.

Saat baru lahir, ukuran larva salamander raksasa china hanya berukuran 3 cm. Butuh waktu sekitar 5—6 tahun sebelum mereka dewasa dengan panjang sekitar 40—50 cm. Akan tetapi, mereka akan terus tumbuh sepanjang hidupnya dan diketahui bisa hidup hingga 60 tahun.

Sayangnya, populasi amfibi ini di alam liar sedang dalam kondisi kritis. Pencemaran sungai dan perburuan liar jadi penyebab utama berkurangnya jumlah salamander raksasa china di habitat alaminya. Padahal, sebelum 1950, amfibi ini masih tersebar luar di berbagai sungai di China. Menurut IUCN, salamander raksasa china saat ini tergolong Critically Endangered atau terancam punah.

Hanya dalam 70 tahun terakhir, populasi salamander raksasa china sudah berkurang hingga 80 persen. Tanpa upaya konservasi yang serius, tentunya hanya perlu menghitung tahun sebelum amfibi menakjubkan ini benar-benar punah. Semoga saja mereka bisa memulihkan populasinya agar kita tetap bisa menyaksikan amfibi terbesar di dunia yang menakjubkan ini, ya!

Baca Juga: 7 Fakta Terunik Ikan Trout, Jadi Inspirasi Karakter Tom di SpongeBob

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Tìm Người Yêu: Những Câu Chuyện Thành CôngTìm Người Yêu: Những Câu Chuyện Thành Công” là một chủ đề thú vị và đầy cảm hứng, đặc biệt trong bối cảnh hiện đại khi công nghệ và mạng xã hội ngày càng phát triển. Những câu chuyện thành công về hành trình tìm kiếm người yêu thường mang đến hy vọng và niềm tin cho những ai vẫn đang trên con đường tìm kiếm nửa kia của mình. Có người gặp được tình yêu đích thực qua một ứng dụng hẹn hò trực tuyến, người khác lại tìm thấy người bạn đời của mình trong một... Tìm Người Yêu: Những Câu Chuyện Thành CôngTìm Người Yêu: Những Câu Chuyện Thành Công” là một chủ đề thú vị và đầy cảm hứng, đặc biệt trong bối cảnh hiện đại khi công nghệ và mạng xã hội ngày càng phát triển. Những câu chuyện thành công về hành trình tìm kiếm người yêu thường mang đến hy vọng và niềm tin cho những ai vẫn đang trên con đường tìm kiếm nửa kia của mình. Có người gặp được tình yêu đích thực qua một ứng dụng hẹn hò trực tuyến, người khác lại tìm thấy người bạn đời của mình trong một buổi gặp gỡ bạn bè. Mỗi câu chuyện đều có những điểm chung là sự kiên nhẫn, niềm tin và lòng chân thành. Qua những câu chuyện này, chúng ta thấy rằng tình yêu không phân biệt tuổi tác, khoảng cách hay hoàn cảnh. Điều quan trọng là mỗi người đều có cơ hội tìm thấy tình yêu đích thực của mình, chỉ cần họ mở lòng và tin tưởng vào những điều tốt đẹp sẽ đến.Một trong những câu chuyện đáng nhớ là câu chuyện của Minh và Lan. Cả hai gặp nhau qua một ứng dụng hẹn hò trực tuyến, nơi họ bắt đầu bằng những cuộc trò chuyện đơn giản. Minh, một chàng trai trầm lắng và ít nói, đã dần dần mở lòng trước sự chân thành và ấm áp của Lan. Sau vài tháng trò chuyện, họ quyết định gặp nhau ngoài đời thực. Cuộc gặp gỡ đầu tiên tại một quán cà phê nhỏ đã trở thành điểm khởi đầu cho một mối quan hệ đẹp đẽ và lâu bền. Sự đồng điệu về sở thích và quan điểm sống đã giúp Minh và Lan xây dựng nên một tình yêu vững chắc, vượt qua mọi khó khăn và thử thách.Không chỉ có Minh và Lan, câu chuyện của Hùng và Mai cũng là một minh chứng cho việc tình yêu có thể đến từ những nơi bất ngờ nhất. Hùng và Mai gặp nhau trong một chuyến du lịch nhóm tổ chức bởi công ty. Ban đầu, họ chỉ xem nhau như những người bạn cùng đi du lịch, nhưng qua những hoạt động chung và những cuộc trò chuyện, họ dần nhận ra sự hòa hợp đặc biệt. Sau chuyến du lịch, Hùng quyết định tỏ tình với Mai và may mắn thay, cô cũng có tình cảm với anh. Họ đã cùng nhau vượt qua khoảng cách địa lý và xây dựng nên một mối tình bền chặt.Những câu chuyện này không chỉ là những minh chứng sống động cho sự tồn tại của tình yêu đích thực, mà còn mang lại niềm tin và hy vọng cho những ai vẫn đang tìm kiếm người bạn đời của mình. Dù là qua mạng xã hội, trong các chuyến du lịch hay trong những buổi gặp gỡ bạn bè, tình yêu có thể đến từ những nơi bất ngờ nhất và vào những thời điểm mà chúng ta không ngờ tới. Điều quan trọng là mỗi người cần mở lòng, kiên nhẫn và tin tưởng vào những điều tốt đẹp sẽ đến.Tình yêu không phân biệt tuổi tác, khoảng cách hay hoàn cảnh. Mỗi người đều có cơ hội tìm thấy tình yêu đích thực của mình, chỉ cần họ sẵn sàng mở lòng và tin tưởng vào hành trình tìm kiếm tình yêu của mình. Những câu chuyện thành công này là minh chứng rõ ràng nhất cho việc tình yêu đích thực vẫn tồn tại và luôn chờ đợi chúng ta tìm thấy. Xem thêm.

Posted by BvN Editor on 20/05/2013 · Leave a Comment

Loài kỳ giông Axolotl salamander có lý do để mỉm cười sau khi nó được du khách chào đón như một ngôi sao ở công viên Aquaria Fun ở Úc. Không giống họ hàng của mình, nó không bị kiệt sức trốn tránh ô nhiễm ở quê nhà Mexico hoặc bị bắt làm thí nghiệm … Continue reading →

Kemampuan pengelihatan mereka tak cukup baik untuk berburu

Meski bisa hidup di darat, namun Giant Salamander lebih banyak menghabiskan hidupnya di dalam air. Dilansir stlzoo.org, mereka biasanya tidak berenang, namun berjalan di dasar sungai. Mereka juga memiliki kemampuan berkamuflase yang baik sehingga bisa menghindari predator alami dengan mudah.

Menurut sandiegozoo.org, mata mereka yang kecil tidak bisa membantunya untuk melihat. Mereka mendeteksi mangsa yang ada di sekitarnya dengan merasakan getaran yang ada di dalam air.

Ketika sudah merasakan ada mangsa di sekitarnya, mereka hanya akan membuka mulutnya dan menunggu sang mangsa untuk masuk. Giant Salamander merupakan hewan nokturnal yang lebih aktif di dalam hari.

Bisa hidup tanpa makan selama beberapa minggu

Giant Salamander sangat menyukai ikan, udang, cacing, kepiting dan juga kodok untuk menjadi menu santapan mereka. Tak jarang, mereka juga memakan teman sebangsanya sendiri yaitu para Salamander yang berukuran lebih kecil.

Dikutip dari animals.mom.me, amfibi ini diketahui memiliki metabolisme yang sangat lambat. Oleh karena itulah mereka bisa hidup selama beberapa minggu tanpa makanan.

Tidak mengandalkan indra penglihatan untuk beraktivitas

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Dari ukurannya saja, sudah terlihat sangat jelas kalau indra penglihatan salamander raksasa china sangat buruk. Oleh karena itu, amfibi ini akan mengandalkan beberapa indra lain agar mereka tetap bisa beraktivitas dengan normal di habitat alaminya. Salah satu indra yang menarik adalah indra perasa yang ada di tubuhnya.

Menurut Critter Science, salamander raksasa china dapat merasakan getaran sekecil apa pun di dalam air yang berasal dari makhluk lain di sekitarnya, termasuk calon mangsanya. Semua itu bisa dilakukan berkat adanya node sensorik yang melintang di sekujur tubuhnya, khususnya pada area kepala. Selain merasakan getaran, indra penciuman dari salamander ini bisa dibilang sangat baik.

Peta persebaran, habitat, dan makanan

Sesuai dengan namanya, salamander raksasa china hanya ditemukan di Negeri Tirai Bambu. Amfibi ini secara khusus berada di daerah tengah, barat daya, dan selatan dari China dengan persebaran utama di Sichuan, Jiangsu, Qinghai Guangdong, dan Guangxi. Untuk pilihan habitatnya, Animalia menyebut kalau hewan ini suka berada di aliran sungai berbatu atau danau dengan air yang jernih.

Di habitat alaminya, salamander raksasa china akan lebih banyak bersembunyi di celah batu ataupun lumpur yang gelap. Ketinggian yang dipilih mereka sekitar 100—1.500 meter di atas permukaan laut. Biarpun begitu, ada beberapa individu yang tinggal hingga ketinggian 4.200 meter di sekitar Dataran Tinggi Tibet.

Oh, ya, mereka juga jadi amfibi yang sepenuhnya hidup di air yang relatif dangkal, yakni sekitar 1,07 meter dengan lebar 6,3 meter saja. Salamander ini perlu untuk berada di air yang jernih karena mereka bernapas melalui kulit dengan menyerap oksigen yang ada di air. Mereka akan nyaman hidup pada air dengan suhu 3—25 derajat celsius.

Salamander raksasa china tergolong sebagai karnivor. Di habitat alaminya, mereka bisa memakan berbagai jenis amfibi, ikan, krustasea, serangga, hingga mamalia kecil, seperti tikus air asia. Ketika ada kesempatan, salamander ini juga melakukan kanibalisme terhadap sesamanya. Malam hari jadi waktu pilihan dari salamander raksasa china untuk mencari makan di sekitar rumahnya.

Sayangnya, mereka sudah terancam punah

Meski tak diketahui berapa jumlah pasti Salamander raksasa yang masih hidup di alam hingga saat ini, namun ketiganya termasuk dalam hewan langka. Dilansir dari National Geographic, The International Union for Conservation of Nature's (IUCN) Red List  sudah menetapkan bahwa Hellbender dan Salamander Jepang berstatus near threatened atau terancam punah.

Sedangkan Salamender China diberikan status critically endangered atau dikategorikan dalam kondisi yang sangat kritis di alam. Konservasi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar (CITES), juga menetapkan status Appendix I yang membuat tiga spesies Giant Salamander ini tidak diperbolehkan untuk dibawa ke luar negeri.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Baca Juga: Mengenal Salamander, Hewan Amfibi yang Mirip Kadal

Amfibi terbesar di dunia

Tak hanya jadi jenis salamander terbesar di dunia, ternyata salamander raksasa china juga jadi jenis amfibi paling besar yang bisa kita temui saat ini. Panjang rata-rata dari salamander ini saja sudah cukup impresif, yakni sekitar 1 meter ditambah dengan bobot sekitar 11 kg. Akan tetapi, itu bukan ukuran maksimal yang bisa diraih oleh salamander raksasa china.

Terdapat beberapa individu, khususnya di penangkaran, yang dapat tumbuh hampir dua kali lipat dari ukuran rata-rata tersebut. Mengutip Animal Diversity, panjang maksimal itu adalah 1,8 meter dan bobot 50 kg lebih. Individu paling besar yang pernah direkam berada di penangkaran Zhangjiajie pada 2015 silam. Diketahui ia memiliki panjang 1,8 meter dan bobot 59 kg sehingga menjadikannya salamander raksasa china terbesar yang ada di dunia.

Baca Juga: 5 Fakta Terunik Kungkang, Ada Bahaya Mematikan di Balik Pesonanya!